
Kajian Infrastruktur Bus Listrik Aceh
Pentingnya transportasi untuk perekonomian dan kehidupan masyarakat, masalah pembangunan infrastruktur transportasi yang tidak terintegrasi, kebutuhan akan sarana transportasi massal yang memadai, dan pentingnya transportasi berkelanjutan menjadi isu yang perlu dipecahkan di Provinsi Aceh. Pemerintah Aceh sendiri telah mengambil tindakan terkait permasalahan tersebut diantaranya dengan meluncurkan Angkutan Massal Trans Kutaraja pada tahun 2016 sebagai respon terhadap permintaan perjalanan yang meningkat. Pengembangan jaringan feeder bus Trans Kutaraja menggunakan bus listrik menjadi upaya untuk mengurangi polusi, menghemat energi, serta memperluas aksesibilitas transportasi publik. Proyek ini menghasilkan berbagai keluaran yang mencakup perencanaan rute feeder bus listrik di Aceh, analisis kinerja ruas jalan, analisis asal dan tujuan perjalanan, analisis emisi gas rumah kaca sektor transportasi, solusi penggunaan kendaraan listrik untuk penurunan emisi gas rumah kaca, gambaran umum investasi, tahap implementasi proyek, peluang penggunaan bus listrik, analisis penurunan emisi gas rumah kaca, analisis bus konvensional jika menggunakan bahan bakar minyak, analisis perpindahan moda dari kendaraan pribadi ke bus listrik, analisis bus menggunakan listrik, perencanaan distribusi tenaga listrik untuk pengisian daya bus listrik, perencanaan bangunan sipil gardu listrik, rencana anggaran infrastruktur penyediaan daya kelistrikan bus listrik, analisis biaya operasi kendaraan (BOK), analisis komponen biaya (cost accounting), analisis biaya manfaat (cost benefit analysis), analisis skema pengelolaan angkutan perkotaan dengan sistem “buy the service”, serta evaluasi legalitas dan subsidi angkutan umum melalui sistem “buy the service”. Meskipun biaya operasional bus listrik lebih tinggi, bus listrik merupakan pilihan yang lebih ramah lingkungan. Analisis ekonomi menunjukkan nilai NPV (Net Present Value) dan BCR (Benefit Cost Ratio) positif, dengan Break Even Point (BEP) pada tahun ke-6.